Puisi yang semoga suatu hari, keadaan mengizinkan untuk membacakannya di samping Mimi. Dan Angin Bagi Layar yang K upasang ibu, jalan yang kutapaki telah mengubahku sedemikian sehingga aku menjadi satu buku yang menyimpan segalanya. aku bercermin satu sore, menatapi kening dan pundakku; bekas-bekas luka yang, dengan sentuhan jarimu, telah menjadi satu lagu paling sayang. tak pernah sekali jua aku dapat pergi begitu jauh dari dua tanganmu yang terkatup dan menjadi dunia di mana ada aku dan semua kampung yang kutuju. pada waktu-waktu paling jauh dan sendiri, ketika aku hanya punya malam dan sedikit kekuatan, ibu, engkau telah berjalan melampaui pasang dan surut untuk meniupkan angin bagi layar yang kupasang di hadapan laut seluas rahasia. berlayarlah aku, terus; melintasi hidup, menyeberangi diriku sendiri. lautan ini, gelombang ini, mengingatkanku pada pangkuan yang menimang aku dan dada yang berdebar untukku. WJ/Salatiga, 2017