Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Aku dan Ruang Ruang Sempit

Disini sempit Tembok- tembok membentuk kubus Disini pahit Tak ada  kegagahan selain pukulan Enam bulan lebih 20 hari Neraka seperti sedang kujejaki Pak tua menyebalkan Yang pada akhirnya harus mati Dikurung di ruangan sempit karena judi Apapun, Semua menjadi lebih terlihat disini Atau si tambun yang tak bersahabat dengan nafsu Masuk ruang neraka karena nafsu Dan tempat ini tak lain adalah cerminan Bahwa manusia memang harus dikekang Sial si gagu lah yang tak berteman dengan waktu Hanya oleh sesuap nasi juga bayar listrik bulanan Tiga bebek tetangga dirampok olehnya Malang ia harus kena tangkap Kini dia bersamaku, sedang tidur, menahan dingin didalam bui

Ternyata Kamu

Aku tak pernah menduga jika perkenalan sederhana kita membuat kita menjadi lebih dekat, sangat dekat. Aku tak pernah menduga bahwa kamulah yang ternyata menemaniku kemanapun yang aku mau, tak jarang atau mungkin memang setiap saat menghiburku. Aku terkejut melihat kita telah melewati cukup banyak fase dan masa dalam perkenalan kita yang berujung pada rasa takut akan kehilangan. Kamu yang sepertinya baru kemarin kutatap, tak kusangka sudah sejauh ini menemaniku berlari. Sudah berapa kilometerkah kita menempuh perjalanan? Kamu yang tak pernah goyah atau runtuh harapan oleh kabar kabar miring tentangku. Kamu yang tetap setia meski sesuatu yang tak mudah selalu datang dengan rutin. Kamu yang tetap sabar menunggu kabar, tetap sabar menunggu waktu untuk bertemu tak kusangka menjadi perempuan yang paling aktif memberi penghiburan dibawah level setelah ibuku. Ternyata kamulah, perempuan pengertian yang selama ini ada untukku. Kapanpun. Perempuan yang amat jarang sekali marah untuk hal hal k

Aku Terjebak!

Aku terjebak Terkunci di ruang hampa Tanpa udara Tanpa mata Tanpa rasa Melihat tak tau kemana Aku terkurung Berkarat oleh perilaku Bait bait terbakar olehku Dan merah ku ubah hitam kelam Ketololan kubuat semakin mendalam Aku malu Malu pada jiwaku Ku beri kebodohan padaku Aku, si aniaya pada diriku Perlahan mati oleh rotasi Kunang kunang sudah pulang Terang dan terangnya kian hilang Aku kembali gelap Tanpa cahaya Tanpa lilin Tanpa harapan Aku kembali ke ruang hampa Mengais nikmat nikmat semu Aku ada dalam kebodohanku Ku robek sendi sendi iman dalam jiwaku Aku mati Terkapar penuh luka Luka hati Luka jiwa Aku pulang, kembali menuju ruang Ruang hampaku yang berantakan

Dibalik Kamu

Nun jauh disana Dibalik riuh tawa juga asikmu Ada aku, meringkuk merindukanmu Menunggu disambangi tawa tawamu Nun jauh disana Dibalik mondar mandirmu Ada aku, usang menunggumu Menunggu sebagai pelampiasanmu Hingga fajar muncul Kau tak kunjung dekatiku Orang udik mengharap balas Iba nian aku lihat diriku Kemana kamu? Kucari hingga pagi Hingga debar harap tak lagi terasa Sekeras inikah menunggu? Remuk redam menunggumu Hingga kulihat samar raut wajah Kau dengan lelaki entah siapa Bergelak tawa diatas perihku Sungguh rusak hati dan harapan Aku pulang, mata berkaca kaca Sejauh datang hanya untuk hancur? Aku pulang, kepalaku menunduk Melihat tawamu dengan entah siapa Selamat tinggal malam Selamat tinggal kamu Pukul dua aku pulang Membawa hati kosong di ruang

Kejujuran Saya Tentang Kamu

Sebagai dua orang yang saling terbelenggu dengan rindu, tentu saya akan melakukan banyak hal ketika ada kesempatan untuk menghabiskan momen bersamamu. Kita bisa seharian keliling kemanapun yang kita suka, denganmu waktu adalah hal menyenangkan yang paling berharga. Saat liburan saya bisa mengajakmu keluar kota. Menikmati udara bukit, jalan yang naik turun, sesekali dengan tanganmu yang menunjuk kesana kemari kita samasama kagum dengan tangan Tuhan yang dengan senang hati menciptakan pemandangan yang membuat mata termanjakan. Selain itu, denganmu saya bisa menenangkan pikiran, hati, dan jiwa yang sedikit galau dengan keadaan. Saya bisa dibuat tak karuan olehmu, dibuat tergila gila oleh ciptaan Tuhan yang amat menarik hati. Denganmu saya belajar. Saya belajar fokus ke makanan tanpa harus sibuk dengan telepon genggam, sesekali ketika saya lupa, kamu bisa saja menegur saya dengan teguran khas perempuan yang amat lembut. Atau ketika ada selembar kata kasar yang tak pantas diucap, kamu men

Untuk Papah: Pria Yang Selalu Dirindu

Lelaki berbadan kekar yang lebih mirip tentara ketimbang guru adalah lelaki yang malam ini paling kurindukan. Diantara tugas tugas kuliah yang menumpuk dan seabreg rasa lelah, tiba tiba, kenangan kenangan tentang papah melintas diotak tanpa seizin pikiranku terlebih dahulu. Terlintas ingatan ketika papah mengajariku matematika SD dulu, yang dulu menjadi masalah terbesarku. Ingatan ketika dulu papah kadang nimbrung ikut ikutan mimi menguncir rambut panjangku yang dulu agak keriting. Lalu sesudah itu mengikatkan tali sepatuku sebelum aku berangkat ke sekolah. Terlintas didalam otakku ketika papah memboncengku dengan motor, mengantarku ke sekolah yang ketika itu hujan, aku bersembunyi dibalik jas hujan biru papah yang panjang hingga menutupi hampir seluruh motor. Tiba tiba malam ini aku teringat: Ketika dulu sewaktu aku menangis berselesih dengan adik, papah yang selalu menenangkanku, menggendongku dan menyanyikan dengan merdunya lagu lagu campursari dan keroncong jawa yang digemarinya

Usang Berdebu

Debu debu telah menutupku Menjadikan aku tak terlihat seperti aku Menjadikan aku benda kotor yang aneh Menjadikan aku benda berdebu Aku seperti mati Mereka melihatku sudah habis Tak ada yang sudi mendekat Mereka memandangku enteng Aku benda berdebu Lupa cara bergerak, berdebu tak bergerak Aku benda usang Tak tersentuh dan ditinggalkan Usang Meski sekotor apapun aku Debu dan karat tak bisa menjebakku Aku pantas untuk bergerak Usang tak harus menghalang Aku pedang, debu kugertak langsung terbang Aku pemenang!

Itukah kamu?

Lantas apa yang harus diperbuat? Lari? Berlari macam apa ketika satu kakiku hilang? Terbang? Terbang seperti apa yang kutunjukan ketika sayap sayapku kau runtuhkan? Atau pergi? Jauh darimu padahal kamu adalah bagian dari jiwa jiwaku? Aku mohon Jangan paksa aku berlari ketika aku hanya sanggup berjalan Berdampingan dengan kamu disampingku Jangan buat aku melupakan tiap sudut dirimu dengan sangat terpaksa Jangan buat aku melupakan sesuatu yang setiap saat aku mengingatnya Dengan pagi, dengan naiknya sinar mentari Dengan sangat tidak memikirkan sesuatu dalam hatiku Dengat sangat tak berperasaan Dengan senyuman paling kejam darimu Aku dengan hati bercucuran, dengan perasaan paling remuk Kamu paksa aku untuk berhenti Aku mulai berlari tanpa kaki Mulai mencoba terbang tanpa sayap Entah bisa atau tidak Entah kuat atau tidak Entah mampu atau tidak Tapi kamu yang memaksaku Berhenti Sepi Mati Membiarkan aku sendiri melewati kerikil sepanjang jalan yang aku lewati

Senja

Senja tak pernah ingkar Ia selalu datang dengan tepat waktu Selalu datang setia dengan satu warna Senja selalu tau kapan ia datang dan kapan ia pulang Senja selalu menjadi hal paling tepat melepas lelah Senja tau apa yang harus dihadirkan Warna jingga Bulatan sempurna Hingga cahaya yang redup redam Senja tak pernah berdusta Menutup siang dan memulai malam dengan cara yang khas Senja selalu mampu membuat canda Mengajak patah hati untuk tertawa Untuk senja Perlahan dengan perlahan sinarmu mulai hilang Menandakan awal kelelahan Tanda aku harus pulang Sampai esok kembali senja Sampai jumpa!

Penjelasanku Tentang Shalat Asharku

Diantara derai rambutku yang basah, haruskah menjadi hina agar bisa makan? Hari ini, lengkap dengan mukena dan wajah yang dibasahi air wudhu, untuk yang entah setelah berapa lama aku kembali masuk diantara ubin mushola. Dengan niat yang mantap dan entah dengan berapa tetes air mata yang mengalir bersamaan dengan air wudhu diantara kedua pipiku. Tuhan, entah ini menghinamu atau malah mempermainkanmu. Aku bersujud dengan kening yang isinya penuh dengan hal hal yang tak bisa aku tuliskan dibait bait tulisanku ini. Tuhan, aku tak bermaksud untuk sedang bermain main denganmu. Sedikitpun tak bermaksud menghinamu. Hari ini, pukul tiga lewat tigapuluh tiga menit aku bersujud di rumahmu. Seorang pelacur menunaikan shalat ashar pertamanya setelah entah sekian lama tak ia lakukan. Tuhan, terlepas engkau melihat rukuk dan sujudku atau tidak, aku merasa nyaman setiap kali melakukannya. Diantara empat rakaat yang aku lakukan aku merasa bahwa aku tak harus berlari dari pandanganmu. Aku merasa aku

Penjelasanku Tentang Kamu

Aku hanya perempuan yang berusaha mencintaimu dengan sempurna. Dengan kata kata yang tak mampu menggambarkan, dengan suara yang tak kuasa didengar, dengan segala pekerjaanku yang orang bilang sebagai pelacur. Penghibur hasrat sesaat yang dengan sangat terpaksa dilakukan demi mengganjal perut lapar. Aku sadar siapa aku. Aku hanya perempuan yang pulang jam tiga atau empat pagi dengan pekerjaan yang sebagian orang jijik mendengarnya. Aku melihatmu disudut terjauh dari pandangan mataku. Diam diam. Tanpa sepengetahuan darimu. Tanpa izin resmi darimu. Aku mencintaimu. Jika harus kukatakan aku selalu membayangankan tamu tamu yang kulayani adalah sosok lain darimu. Sekali lagi maaf, ini samasekali tanpa seizinmu aku memakai khayalanku dengan figur lelaki se-sempurna km. Aku melakukan hal paling lancang dari sosokmu itu semata mata hanya agar aku tak terluka setiap kali harus seranjang dengan lelaki yang samasekali tak kuncinta, tak kusuka, bahkan tak kukenal sekalipun. Aku hanya berusaha s

Frau - Mesin Penenun Hujan

Merakit mesin penenun hujan Hingga terjalin, terbentuk awan Semua tentang kebalikan Terlukis, tertulis, tergaris di wajahmu Keputusan yang tak terputuskan Ketika engkau telah tunjukkan Semua tentang kebalikan Kebalikan di antara kita Kau sakiti aku, kau gerami aku, Kau sakiti, gerami, kau benci aku Tetapi esok nanti kau akan tersadar Kau temukan seorang lain yang lebih baik Dan aku kan hilang, ku kan jadi hujan Tapi takkan lama, ku kan jadi awan Merakit mesin penenun hujan Ketika engkau telah tunjukkan Semua tentang kebalikan Kebalikan di antara kita

Perjalanan

Seperti berlari, semua yang ditinggalkan semakin jauh Seperti menghilang, semua yang terlihat perlahan memudar Seperti mendaki, semua menjadi lebih tak terlihat Seperti menyelam, perlahan membuat perahu semakin kelam dipandangan pelupuk mata Aku berlari jauh dari masa kanak kanak, meninggalkan segala tawa paling tulus yang pernah tercipta Beranjak ke tempat tak tau apa, berada pada titik entah dimana Entah apa yang membawaku berada disini Aku telah jauh, jauh berjalan tak pernah kenal dengan arah Seingatku dulu tak se-asing ini Terlalu banyak orang yang datang Terlalu banyak orang yang pergi Dalam perjalanan meraih setiap inchi harapan, meraih setiap kepal keinginan Aku selalu merasa terhambat Selalu merasa perjalanan seolah mempermainkan setiap setapak yang kulalui Perlahan dan perlahan seiring impian yang mulai terang Satu persatu yang pergi kian beranjak datang, silih berganti menggantikan setiap peran Impian, Harapan Untuk setiap lelahku, kau adalah alasan mengapa

Pernahkah kamu?

Pernahkah menjadi lelaki yang selalu merasa kesepian? Pernah kamu menjadi lelaki yang selalu merasa kosong? Menjadi lelaki dengan teman mengelilingi tetapi entah mengapa selalu merasa ada yang kurang, pernah? Pernahkah kamu merasa selalu berjalan sendirian dipekat malam? Ketika dingin menyapa, kamu seakan tak pernah mampu menemukan hangat, bahkan tak menemukan apapun. Pernah? Seakan tak pernah ada manusia yang mampu mendekapmu Pernahkah kamu menjadi manusia paling bimbang disetiap harimu? Menjadi manusia yang memungut canda dan tawa tapi tak pernah tau untuk apa. Pernah? Pernahkah kamu merasa menjadi lelaki paling putus asa dengan segala risau yang selalu disimpan didalam relung hatimu? Pernah? Pernahkah kamu menjadi lelaki yang selalu merasa asing dengan setiap keadaan disekitar? Pernahkah kamu berada pada terang malam dimana hanya kamu yang merasa gelap? Jika kamu pernah, kamu adalah aku. Kamu ingin sekali berlari, tapi sayang yang kamu mampu hanya berjalan mengikuti setia

Sendiri Saja

Dan pada akhirnya kamu hanya berdiri sendiri. Kamu hanya sendirian tanpa seseorang yang dulu mengaku teman. Kamu berdiri diatas semua beban tanpa seseorang yang pernah mengaku sayang, tak pernah meninggalkan. Pada akhirnya kamu menyadari bahwa kamu hanya berjalan sendirian menapaki jalan sepi. Kamu hanya berteman dengan gelap tanpa ada jari yang menggenggam tangan sebagai penuntun.

Lelah

Aku lelah hari ini Aku bosan dengan kebiasaan ini Aku muak dengan kebodohan ini Aku putus asa Aku letih sekali! Aku butuh sosokmu Sosok yang biasanya mampu menarikku dari setiap lelah Dimana kau ? Aku mencarimu

Aku Ingin Kembali

Dulu... Kehidupan seperti ini yang kumau Bebas.. Liar.. Tanpa aturan.. Ingin kutau kehidupan bodoh ini Ingin kucoba, ingin kucipipi Tapi.. Semuanya hanya kenikmatan semu Hanya tertawa yang bahkan aku sendiripun ragu untuk menikmati lepasnya Semua jalan bodoh yang kupilih hanya jalan setapak yang entah arahnya kemana Bosan, muak, entah kata apalagi yang mampu mendeskripsikan keadaan ini Aku ingin kembali! Ingin tidur seperti anak anakmu yang lain Ingin bangun tidur seperti dulu, kala mentari baru saja muncul Ingin menikmati rumahmu tanpa rasa takut yang mengendap didalam dada Ingin sekali mendapat pelukan hangat setiap saat seperti dulu Aku tersadar.. Menjadi dewasa membuat semua hal menjadi berbeda Menjadi tak sama eperti dulu lagi Aku rindu pelukanmu yang selalu bisa menyejukan hati Aku rindu tidur dengan jagaanmu Aku rindu pesanmu kala aku keluar rumah Aku rindu masa sebelum aku menjadi dewasa Dewasa membuatku benarr benar tak nyaman!

Maaf

Percayalah.. Aku tak pernah mampu melihatmu menangis Tak pernah kuat melihatmu terjaga dimalam hari menunggu kepulanganku Aku tak kuasa melihat letihnya, melihat kucuran keringat yang menetes dipipimu Papah.. Maaf, aku selalu belum mampu menjadi benar benar dewasa Maaf, aku selalu gunakan ego untuk menyelesaikan setiap masalah Maaf, kemarin aku marah Maaf pah, aku selalu memandangmu buruk akan masa lalumu Melihatmu tertidur lelap dengan segala perjuanganmu Aku melihatmu berlari Melihatmu jatuh Melihatmu bangun Aku melihatmu dengan kelelahan yang kau emban Untuk anakmu Untuk istrimu Papah.. Aku berlumur dosa kala menulis kata kata ini Malam tadi sudah tentu aku menggoreskan luka dihatimu Tentu saja dengan kebodohanku, aku baru saja membuatmu kecewa Aku tau, aku minta maaf Papah.. Kedewasaan yang kau ajarkan, belum benar benar mampu aku terapkan Aku masih jadi anakmu yang nakal Aku masih seperti dulu, aku masih bodoh oleh tiap tindakan yang kulakukan Maaf pah..

Hm..

Bolehkah aku berbagi? Ini tentang seorang perempuan yang aku sayang Tidak suka madu, sedikit takut dengan ayam tapi mencintai kucing Aku merindukannya dengan kata kata yang tak pernah sanggup ku ungkapkan Jaraknya tidak jauh, tetapi juga tidak dekat Aku rindu denganya Sangat