Skip to main content

Pernahkah kamu?

Pernahkah menjadi lelaki yang selalu merasa kesepian?
Pernah kamu menjadi lelaki yang selalu merasa kosong?
Menjadi lelaki dengan teman mengelilingi tetapi entah mengapa selalu merasa ada yang kurang, pernah?

Pernahkah kamu merasa selalu berjalan sendirian dipekat malam?
Ketika dingin menyapa, kamu seakan tak pernah mampu menemukan hangat, bahkan tak menemukan apapun. Pernah? Seakan tak pernah ada manusia yang mampu mendekapmu

Pernahkah kamu menjadi manusia paling bimbang disetiap harimu?
Menjadi manusia yang memungut canda dan tawa tapi tak pernah tau untuk apa. Pernah?
Pernahkah kamu merasa menjadi lelaki paling putus asa dengan segala risau yang selalu disimpan didalam relung hatimu? Pernah?

Pernahkah kamu menjadi lelaki yang selalu merasa asing dengan setiap keadaan disekitar?
Pernahkah kamu berada pada terang malam dimana hanya kamu yang merasa gelap?
Jika kamu pernah, kamu adalah aku.

Kamu ingin sekali berlari, tapi sayang yang kamu mampu hanya berjalan mengikuti setiap jalan setapak yang entah dimana ujung dan tujuannya.

Comments

Popular posts from this blog

Tapi, Indramayu adalah Romantisme

Dadaku pernah mendesir selagi menyaksikan rusa-rusa diberi makan oleh mereka yang berbahagia di Ranca Upas, di Bandung. Menjaring kabut di Lembang, bercengkrama dengan dingin yang menyapa sampai kulit terdalam. Aku pernah, menikmati ombak lemah-lembut di pantai di Gunung Kidul. Pasir putih dan tebing yang indahnya bukan main. Atau diterjang ombak besar di pantai Trisik, di Jogja. Memetik buah naga di sepanjang pekarangan di dekat pantainya. Menyapa angin pantai yang tiupannya membuat rambut gondrongku tertiup angin kesana-kemari. Menelusuri keraton dan bertukar cerita di salah satu angkringan di dekat alun-alun Kidul. Atau bercengkrama disela-sela belanja di pasar Beringharjo yang khasnya tak pernah lekang oleh waktu. Bersantap nasi kucing dengan lauk beberapa tusuk usus dan sate telor puyuh, dan sejuta keramahan yang tersimpan rapih di sudut-sudut kota. Bandung adalah tempat paling tepat bagi siapapun yang mau menaruh sejuta luka, melupakannya sejenak dan menikmati segala pernak-pe

Gadis Lima Belas Tahun

Lalu, gadis berumur lima belas tahun itu menghampiriku perlahan, sambil melambai manja ia menawarkan: "Dua ratus lima puluh ribu, mas." Aku hanya senyum sekadar senyum. "Umurmu berapa, dek?" "Lima belas tahun, mas." "Bukankah tak baik gadis lima belas tahun di sini?" Lalu, hening sesaat. Sesak dadaku berpikir kalau-kalau ucapanku menyinggung perasaannya. "Hidup tak hanya tentang baik dan buruk, mas. Setidaknya begitu menurut saya."

Bocah Cadel Lampu Merah - Morfem

Ku menghentikan motorku Di lampu merah selatan Jam sebelas di arloji Kurapatkanlah jaketku Dan, berkhayal telah di rumah Seorang bocah lelaki Yang belum lancar bicara Mendekati dengan senyum Dan tangan yang menengadah Sepertinya hanya itu Yang baru sempat diajarkan Oleh Ibunya Ia bermain, besar di trotoar Diterangi, hangat lampu jalan Nyanyi riuh klakson, debu Ia dibuai, caci maki merdu Matahari, warna-warni mesin Mendung siang hari, peluh Bermandi hujan di aspal Malam silih berganti Pasti jumpa dirinya Kini mulai bisa nyanyi Lagu yang sering di TV Walaupun cadel lidahnya Ia bermain besar di trotoar Diterangi hangat lampu jalan Ia dibuai caci maki merdu Matahari, warna-warni mesin Nyanyi riuh klakson, peluh Bermandi hujan di aspal Tampak ibunya bangga Di kejauhan berkipas Sambil nikmati limunnya