Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Apa kabar, pa?

Pa, apa kabar? Seperti do'aku selalu, semoga papa selalu diberi sehat dan keteguhan hati ya, pa. Aku menulis ini setelah baru saja menyelesaikan tugas mata kuliah Internet dan Teknologi WEB. Aku duduk dipinggir jendela di lantai 6, gedung C. Aku sedang menikmati Bandung yang penuh dengan kabut melalui jendela didepanku. Aku terpaku melihat kota ini dari atas. Papa sedang apa di rumah sana? Hari ini, aku lelah sekali, pa. Tugas dan peralatan makrab belum kuselesaikan, badan sedikit meriang --mungkin karena aku belum terbiasa dengan dinginnya Bandung, juga tubuhku pegal-pegal. Banyak hal ingin kuceritakan, beban ini begitu berat, pa. Sekolahku yang swasta, bayaran d pp yang bagi kita mahalnya luar biasa, kadang membuatku khawatir, apa mampu aku membayar rupiah-rupiah itu dengan sesuatu yg setimpal? Atau jangan-jangan, aku hanya akan memberatkan pundakmu? Di usia papa yang sudah menua, oleh karena aku, papa masih harus memikirkan bagaimana membayar biaya sekolah. Belum lagi, biaya

Makhluk Macam Apa Aku Ini?

Tuhan sudikah Engkau membuatkan aku tempat di kehidupan yang abadi itu, tempat sekedar untuk aku berteduh dari dinginnya hati yang membeku. Tempat aku berlindung dari panasnya percikan api yang paling api nerakamu. Tempat aku bersembunyi dari jiwaku yang selalu kuajak menjauh dan menjauh dari jalanMu. Akankah ada tempat untukku, Tuhan? Tempat untuk manusia yang tak pernah dekat dengan tempat ibadah. Tempat untuk manusia yang tak pernah kenal sembahyang, yang tak pernah mengangkat tangan untuk berdoa. Tempat untuk manusia seangkuh-angkuhnya manusia. Akankah sampai pada waktunya, masih bisa aku menunduk malu dihadapanMu? Disaat yang lain sibuk berlomba-lomba bersujud dihadapanMu. Atau ketika hambaMu yang lain sibuk menghitung berapa jumlah sedekah dan harta yang harus disumbang untuk yang lebih membutuhkan, aku masih sibuk menangisi diri sendiri. Aku masih memukul-mukul sekaligus meremas-remas kepala, kesal dengan diri sendiri, ketika hambamu yang lain berlalu-lalang pergi ke masjid.

Shubuh

Tuhan Entah berapa lama aku melewatkan pagiMu Entah berapa lama sampai tak mampu kuhitung Melewatkan nikmat pagimu Tuhan Lama sekali tak kunikmati shubuh-Mu Sampai tak mampu kuingat Terakhir aku menangis, di dua sujud raka'atku Aku rindu shubuh-shubuhMu itu Tuhan Bangunkan aku ketika pagimu menjelang Karena selama ini aku begitu khusyu dalam tidurku Begitu menikmati selimut iblis di pagiku Hingga membuatku tuli dari adzan shubuhMu Tuhan Semoga aku masih bisa merasakan Nikmat shubuhMu yang sendu Yang membuat hati dan pikiran syahdu Kepada shubuh pagi-Mu itu, aku rindu

Surat Tentang Part Terbaik Dalam Hidup

Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Nama-nama baru bermunculan, maju kedepan tak mau kalah mengambil peran. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, tapi bukan juga waktu yang pendek. Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk sebuah kenangan yang tak akan bisa dilupakan seumur hidup. Iya, seumur hidup. Tiga tahun yang lalu, persis ketika saya belum mengenal apa itu kedewasaan, kalian mengajarkan saya sesuatu yang lebih dari apa yang belum saya ketahui. Tiga tahun yang lalu, ketika saya masih belum mengenal apapun, masih samasekali belum mengerti apa itu menghargai, kalian menyajikan begitu banyak arti penghargaan, mengajarkan saya bahwa ternyata menghargai lebih dari sekedar menghormati, kalian mengajarkan saya bahwa menghargai juga berarti memahami. Tiga tahun yang lalu, saat ketika saya mencari apa itu teman, kalian justru mengajarkan saya apa itu persahabatan, pertemanan tulus yang jelas tak bisa saya hitung nilainya. Tiga tahun yang lalu, tepat ketika upacara bendera pertama di

Mimpi

Ada yang tumbuh dalam dadaku, sesuatu yang membuatku berdebar ketika mengingatnya, impian-impian itu tumbuh didalam hatiku. Semakin hari skalanya semakin membesar, semakin hari tumbuh dengan ukuran yang tak bisa kuhitung, sampai-sampai aku takut bahwa hatiku tak kuat menampung impian-impianku sendiri. Impianku sederhana saja, pertama yang paling kuingin adalah sesosok lelaki. Lelaki yang bukan cuma menemaniku tidur, bukan untuk menemaniku mabuk, tapi lelaki yang setia disampingku apapun yang terjadi denganku. Lelaki yang rela menghabiskan hari-hari berharganya hanya untuk mengobrol denganku, menemaniku saat aku kesepian dan ketakutan. Aku mau lelaki yang rela mengorbankan waktunya untuk menafkahi-ku, aku sudah cukup muak dengan lelaki yang butuh denganku hanya untuk memuaskan nafsunya. Aku butuh lelaki yang benar benar lelaki, yang membuat keringatnya menjadi pahala, yang membuat lelahnya menjadi ibadah dan yang membuat ucapannya berharga. Aku mau lelaki utuh untuk menjadi suamiku, s

Kelak, Kamu Adalah Orang Yang Paling Kurindukan

Aku tak pernah tau sampai kapan aku terus bisa dekat denganmu, menikmati indah senyummu, dan tentu, tertawa lepas bersamamu. Setiap kali kita bertemu, aku selalu merasa menjadi lebih dekat denganmu, merasa bahwa kamulah manusia yang tepat untuk menemaniku sampai tua nanti. Lalu, aku membayangkan setiap seduhan kopi pagimu diracik olehku, membayangkan setiap akhir pekan, aku dan dirimu menghabiskan pagi pagi yang indah dihalaman rumah, kamu menikmati kopimu dan aku menikmati teh-ku. Kita ngobrol tentang masa lalu kita, menceritakan masa masa pacaran ketika aku dan kamu masih canggung satu sama lain, atau tidak menutup kemungkinan kita malah membicarakan angka dalam jumlah anak yang kita rencanakan. Jika kelak kita ditakdirkan untuk menghabiskan waktu bersama-sama hingga tua nanti, kamu menjadi suami dan aku menjadi istrimu, aku selalu membayangkan betapa indahnya separuh hidupku dihabiskan dengan lelaki yang amat menyenangkan sepertimu, ditambah buah hati yang lucu lucu. Setiap pagi s

Tempat Baru

Aku terpenjara oleh rasaku, mati rasa oleh perasaanku sendiri. Tapi, kamu adalah hal yang bisa membuatku berani menghadapi ke-hambaran ini. Jum'at yang lalu, tepat pukul tujuh malam, telepon genggamku bergetar, ada namamu disana, pertanda panggilan masuk dari lelaki yang membuatku mampu melupakan kesakitan kesakitan yang ada. Dari ceritamu, kamu hampir setiap hari ke klub, bahkan melalui suara manismu diujung telepon kamu bilang sampai kerumah mami untuk menanyakan keberadaanku. Entah ceritamu itu serius dan betul betul sesuatu yang kamu lakukan atau seperti biasa bahwa kamu cuma mau menghiburku. Apapun itu, aku senang mendengarnya, aku tersenyum tak karuan, tak jelas perasaan apa yang sedang kurasakan, aku senang. Senang yang terlalu senang. Lalu kamu bertanya dengan pertanyaan khas darimu yang selalu membuatku bersemangat menjawabnya. "Kenapa harus pindah sih? Aku udah lama banget ngga baca komik sama km". Aku cuma diam, menutupi rapat rapat semangatku agar tak kamu