Aku tak pernah tau sampai kapan aku terus bisa dekat denganmu, menikmati indah senyummu, dan tentu, tertawa lepas bersamamu.
Setiap kali kita bertemu, aku selalu merasa menjadi lebih dekat denganmu, merasa bahwa kamulah manusia yang tepat untuk menemaniku sampai tua nanti. Lalu, aku membayangkan setiap seduhan kopi pagimu diracik olehku, membayangkan setiap akhir pekan, aku dan dirimu menghabiskan pagi pagi yang indah dihalaman rumah, kamu menikmati kopimu dan aku menikmati teh-ku. Kita ngobrol tentang masa lalu kita, menceritakan masa masa pacaran ketika aku dan kamu masih canggung satu sama lain, atau tidak menutup kemungkinan kita malah membicarakan angka dalam jumlah anak yang kita rencanakan.
Jika kelak kita ditakdirkan untuk menghabiskan waktu bersama-sama hingga tua nanti, kamu menjadi suami dan aku menjadi istrimu, aku selalu membayangkan betapa indahnya separuh hidupku dihabiskan dengan lelaki yang amat menyenangkan sepertimu, ditambah buah hati yang lucu lucu. Setiap pagi sebelum shalat shubuh, aku membangunkan dirimu atau dibangungkan olehmu dari tidur yang nyenyak, lalu aku bisa menikmati senyummu dari jarak yang begitu dekat.
Menjadi istrimu kelak, tentu aku akan termanjakan oleh 'jokes-jokes' konyol darimu yang sampai saat ini selalu sukses membuatku terpingkal-pingkal. Aku akan menjadi perempuan paling beruntung jika benar-benar dinikahi olehmu, oleh lelaki yang aku idam idamkan menemaniku sampai tua nanti, yang jika benar terjadi berarti do'a do'aku pada Tuhan terkabul.
Sudah barang tentu aku akan selalu dekat denganmu ketika kamu pulang dari kantor atau kerjaan lain yang memaksamu pulang lebih larut. Aku akan menunggumu sampai kamu pulang kerumah, lalu mengambil alih koper atau tasmu yang sudah kamu bawa sepanjang hari, membuatkanmu teh manis dan air hangat untuk mandi, kita akan menjadi pasangan yang saling melengkapi satu sama lain.
Meskipun tak ada yang benar-benar mengerti dan paham tentang masa depan, termasuk aku, tapi izinkan aku sedikit aja mengkhayal momen momen romantis dan menyenangkan jika kita benar-benar dipersatukan dalam pernikahan sampai tua nanti. Biar saja aku sedikit berlebihan, aku tak tahan menahan pikiran-pikiran liarku membayangkan menghabiskan waktu bersamamu dihari tua.
Atau jika Tuhan tidak memberi izin untuk kita tinggal dibawah satu atap, setidaknya kamu adalah lelaki yang kelak paling kurindukan.
Comments
Post a Comment