Skip to main content

Dibalik Kamu

Nun jauh disana
Dibalik riuh tawa juga asikmu
Ada aku, meringkuk merindukanmu
Menunggu disambangi tawa tawamu

Nun jauh disana
Dibalik mondar mandirmu
Ada aku, usang menunggumu
Menunggu sebagai pelampiasanmu

Hingga fajar muncul
Kau tak kunjung dekatiku
Orang udik mengharap balas
Iba nian aku lihat diriku

Kemana kamu?
Kucari hingga pagi
Hingga debar harap tak lagi terasa
Sekeras inikah menunggu?
Remuk redam menunggumu

Hingga kulihat samar raut wajah
Kau dengan lelaki entah siapa
Bergelak tawa diatas perihku
Sungguh rusak hati dan harapan

Aku pulang, mata berkaca kaca
Sejauh datang hanya untuk hancur?
Aku pulang, kepalaku menunduk
Melihat tawamu dengan entah siapa

Selamat tinggal malam
Selamat tinggal kamu
Pukul dua aku pulang
Membawa hati kosong di
ruang

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Hari Anakmu

--- digubah dari tulisan Bhagavad Sambadha Suatu hari anakmu melihat seorang mahasiswa menangis di lorong gelap di salah satu gedung, setelah sebelumnya bertemu ketua dekan untuk nego bayaran kuliah. Mahasiswa itu tidak pernah sekalipun dalam hidupnya takut di-DO, ia hanya takut orang tuanya kelelahan mencari dana selagi dirinya menjadi pelajar. Suatu hari anakmu melihat bocah umur lima belas tahun bekerja siang malam demi nasi dan lauk yang dimakan oleh dirinya dan adik-adik. Di tempatnya bekerja, keringat dan air yang mengalir di wastafel di kampus anakmu belajar mungkin sama derasnya. Bocah itu tidak pernah sekalipun dalam hidupnya takut kelaparan, ia hanya takut orang tuanya kekeringan keringat selagi ia dan adik-adik asik menyantap makanan. Suatu hari anakmu melihat seorang remaja seumur SMP dan SMA menjajakan tissue di bawah lampu merah di mana orang-orang mengumpat karena panas dan dikejar waktu. Di sana, matahari bahkan lebih menakutkan dari perut kosong, karena panasnya tak bi...

Gadis Lima Belas Tahun

Lalu, gadis berumur lima belas tahun itu menghampiriku perlahan, sambil melambai manja ia menawarkan: "Dua ratus lima puluh ribu, mas." Aku hanya senyum sekadar senyum. "Umurmu berapa, dek?" "Lima belas tahun, mas." "Bukankah tak baik gadis lima belas tahun di sini?" Lalu, hening sesaat. Sesak dadaku berpikir kalau-kalau ucapanku menyinggung perasaannya. "Hidup tak hanya tentang baik dan buruk, mas. Setidaknya begitu menurut saya."

Mbak Kiki

Adalah perempuan Dengan tangan yang paling mirip Dengan Ibu Adalah perempuan Dengan hati yang paling mirip Dengan Ibu Adalah sosok Dengan kelembutan, yang paling mirip Dengan Ibu Adalah semoga Yang tidak menangisi kegagalan Si Bungsu Dengan Ibu