Skip to main content

Di Warung Kopi Jam 1 Pagi

Di warung kopi di jam satu pagi
Obrolan dibuka tentang politik dan sepiring nasi yang harus terhidang besok pagi
Penumpang yang entah turun dari bus kelelahan atau manusia entah apa atau bahkan setan jenis apa yang hendak menumpang dini hari
Di warung kopi, rupiah adalah makhluk halus yang selalu ditunggu kedatangannya

Di pangkalan yang sudah akrab dengan terik matahari dan keringat diri adalah tempat terbaik menunggu makhluk paling diburu satu semesta
Kadang ia datang dengan lembaran merah yang tercetak namanya diikuti sederet nominal, kadang ia menghampiri  berwujud koin perak dengan nominal yang tak lebih banyak
Kopi dan setumpuk obrolan ringan menjadi penghias malam setiap petang
"Kopinya kang, satu", kalimat yang akrab sebelum segelas air hitam pahit berada di atas meja
Lalu diikuti obrolan yang, seperti selalu, membuat malam menjadi lebih hidup

Diantara lampu jalan yang redup-redam, di pinggir aspal yang ratusan jenis mobil lalu-lalang, di malam yang kadang berkabut, kadang terang; rupiah-rupiah terus bergulir dari satu tangan ke tangan lain. Motor dipanaskan, dan siap mengantar si tuan, membuat kopi terpaksa ditinggalkan.

Comments

Popular posts from this blog

Tapi, Indramayu adalah Romantisme

Dadaku pernah mendesir selagi menyaksikan rusa-rusa diberi makan oleh mereka yang berbahagia di Ranca Upas, di Bandung. Menjaring kabut di Lembang, bercengkrama dengan dingin yang menyapa sampai kulit terdalam. Aku pernah, menikmati ombak lemah-lembut di pantai di Gunung Kidul. Pasir putih dan tebing yang indahnya bukan main. Atau diterjang ombak besar di pantai Trisik, di Jogja. Memetik buah naga di sepanjang pekarangan di dekat pantainya. Menyapa angin pantai yang tiupannya membuat rambut gondrongku tertiup angin kesana-kemari. Menelusuri keraton dan bertukar cerita di salah satu angkringan di dekat alun-alun Kidul. Atau bercengkrama disela-sela belanja di pasar Beringharjo yang khasnya tak pernah lekang oleh waktu. Bersantap nasi kucing dengan lauk beberapa tusuk usus dan sate telor puyuh, dan sejuta keramahan yang tersimpan rapih di sudut-sudut kota. Bandung adalah tempat paling tepat bagi siapapun yang mau menaruh sejuta luka, melupakannya sejenak dan menikmati segala pernak-pe

Gadis Lima Belas Tahun

Lalu, gadis berumur lima belas tahun itu menghampiriku perlahan, sambil melambai manja ia menawarkan: "Dua ratus lima puluh ribu, mas." Aku hanya senyum sekadar senyum. "Umurmu berapa, dek?" "Lima belas tahun, mas." "Bukankah tak baik gadis lima belas tahun di sini?" Lalu, hening sesaat. Sesak dadaku berpikir kalau-kalau ucapanku menyinggung perasaannya. "Hidup tak hanya tentang baik dan buruk, mas. Setidaknya begitu menurut saya."

Bocah Cadel Lampu Merah - Morfem

Ku menghentikan motorku Di lampu merah selatan Jam sebelas di arloji Kurapatkanlah jaketku Dan, berkhayal telah di rumah Seorang bocah lelaki Yang belum lancar bicara Mendekati dengan senyum Dan tangan yang menengadah Sepertinya hanya itu Yang baru sempat diajarkan Oleh Ibunya Ia bermain, besar di trotoar Diterangi, hangat lampu jalan Nyanyi riuh klakson, debu Ia dibuai, caci maki merdu Matahari, warna-warni mesin Mendung siang hari, peluh Bermandi hujan di aspal Malam silih berganti Pasti jumpa dirinya Kini mulai bisa nyanyi Lagu yang sering di TV Walaupun cadel lidahnya Ia bermain besar di trotoar Diterangi hangat lampu jalan Ia dibuai caci maki merdu Matahari, warna-warni mesin Nyanyi riuh klakson, peluh Bermandi hujan di aspal Tampak ibunya bangga Di kejauhan berkipas Sambil nikmati limunnya