Di warung kopi di jam satu pagi
Obrolan dibuka tentang politik dan sepiring nasi yang harus terhidang besok pagi
Penumpang yang entah turun dari bus kelelahan atau manusia entah apa atau bahkan setan jenis apa yang hendak menumpang dini hari
Di warung kopi, rupiah adalah makhluk halus yang selalu ditunggu kedatangannya
Di pangkalan yang sudah akrab dengan terik matahari dan keringat diri adalah tempat terbaik menunggu makhluk paling diburu satu semesta
Kadang ia datang dengan lembaran merah yang tercetak namanya diikuti sederet nominal, kadang ia menghampiri berwujud koin perak dengan nominal yang tak lebih banyak
Kopi dan setumpuk obrolan ringan menjadi penghias malam setiap petang
"Kopinya kang, satu", kalimat yang akrab sebelum segelas air hitam pahit berada di atas meja
Lalu diikuti obrolan yang, seperti selalu, membuat malam menjadi lebih hidup
Diantara lampu jalan yang redup-redam, di pinggir aspal yang ratusan jenis mobil lalu-lalang, di malam yang kadang berkabut, kadang terang; rupiah-rupiah terus bergulir dari satu tangan ke tangan lain. Motor dipanaskan, dan siap mengantar si tuan, membuat kopi terpaksa ditinggalkan.
Comments
Post a Comment