Skip to main content

Mengutuk Diri

Saya mengutuk diri karena ternyata saya adalah anak bapak yang paling mirip dengan bapak. Struktur gigi bapak yang ditemui di gigi saya, gigi bawah bapak yang runcing kanan kiri yang ditemui di gigi bawah saya.

Saya mengutuk diri karena ternyata saya adalah anak bapak yang paling mirip dengan bapak. Emosi tak terkendali bapak, mudah meninggi dan ringan lidah yang juga menjadi bagian dari diri saya dan bertahun-tahun membuat saya mengutuk diri sendiri.

Saya teramat mirip dengan bapak bukan saja pada sifat dan struktur gigi dan emosi dan segala hal tentang bapak, tetapi juga mirip dengan bentuk badan yang bapak punya. Saya terlalu mirip bentuk badan dengan bapak sehingga orang kebingungan membedakan saya dan bapak ketika sama-sama disiram cahaya matahari sore sehingga hanya siluet.

Saya mengutuk diri karena terlalu mirip bapak yang jarang dalam hidupnya memiliki rencana-rencana jangka panjang dan ternyata itu adalah diri saya hari ini. Saya mengutuk diri karena terlampau duplikat dengan bapak yang gampang menangis dan simpati dan itu membuat saya marah karena merasa lemah.

Saya mengutuk diri karena terlampau kagum pada bapak dan terlalu membenci diri sendiri. Saya mengutuk diri karena identik dengan bapak dan itu membuat saya membenci diri sendiri. Saya menyesali bertahun-tahun merasa persis bentuk badan dan emosi dan saya terus mencari-cari perbedaan keduanya antara saya dan bapak dan saya menemukannya.

Bapak tidak pernah mengutuk dirinya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Hari Anakmu

--- digubah dari tulisan Bhagavad Sambadha Suatu hari anakmu melihat seorang mahasiswa menangis di lorong gelap di salah satu gedung, setelah sebelumnya bertemu ketua dekan untuk nego bayaran kuliah. Mahasiswa itu tidak pernah sekalipun dalam hidupnya takut di-DO, ia hanya takut orang tuanya kelelahan mencari dana selagi dirinya menjadi pelajar. Suatu hari anakmu melihat bocah umur lima belas tahun bekerja siang malam demi nasi dan lauk yang dimakan oleh dirinya dan adik-adik. Di tempatnya bekerja, keringat dan air yang mengalir di wastafel di kampus anakmu belajar mungkin sama derasnya. Bocah itu tidak pernah sekalipun dalam hidupnya takut kelaparan, ia hanya takut orang tuanya kekeringan keringat selagi ia dan adik-adik asik menyantap makanan. Suatu hari anakmu melihat seorang remaja seumur SMP dan SMA menjajakan tissue di bawah lampu merah di mana orang-orang mengumpat karena panas dan dikejar waktu. Di sana, matahari bahkan lebih menakutkan dari perut kosong, karena panasnya tak bi...

KETAKUTAN ITU WAJAR

Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. Bayangkan saja, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu. Abu Hurairah bersaksi atas perang ini. ”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.  Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah mu...

Di Stasiun

Di stasiun, orang-orang berkumpul, saling berpelukan, cium-cium kecil pipi atau kening masing-masing dari mereka, atau yang paling sederhana, sekedar salaman penuh makna. Semuanya melepas rindu, sebelum waktu merenggutnya. Lempuyangan, 2018