Skip to main content

Ramadhan di Bandung

Tuhan,
Bagaimana aku hendak berbuka puasa dengan suka cita sedang anak-anak kecil dengan kaleng usangnya menengadahkan tangan di sela-sela lampu merah di Astana Anyar?
Bagaimana aku akan menikmati seporsi makanan enak di depanku selagi aku melihat ibu-ibu di bawah Pasoepati seharian menggendong anaknya yang terbakar matahari, seharian sambil menjajakan tissu demi sesuap nasi?

Tuhan,
Tega kah aku melahap roti isi daging dan sayur segar di hadapanku sedang mataku menatap tajam bocah lelaki yang sumbang menyanyi demi rokok dan sebungkus nasi di sela lampu merah di Soekarno-Hatta?
Sejahat itukah aku merayakan adzan magrib selagi bapak-bapak seusia bapakku duduk beristirahat karena seharian lelah menjajakan aksesoris yang jarang dibeli di Tegalega?

Tuhan,
Jika kelak aku diizinkan olehMu masuk surga, akankah wajah-wajah lelah itu aku temui di sana?
Jika menahan lapar dan tidak minum seharian mampu membuatku merasakan nikmat surgaMu, sudahkah pasti mereka berada di sana sebagai yang paling berhak dari rasa lapar dan dahaga yang sepanjang waktu mereka rasa?
Akankah wajah ibu-ibu dengan gendongan anak balita, bocah-bocah legam terbakar matahari, bapak-bapak mandi keringat dan pemuda yang seharian berteman gitar yang menyambutku di pintu surgaMu?

Tuhan?

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Hari Anakmu

--- digubah dari tulisan Bhagavad Sambadha Suatu hari anakmu melihat seorang mahasiswa menangis di lorong gelap di salah satu gedung, setelah sebelumnya bertemu ketua dekan untuk nego bayaran kuliah. Mahasiswa itu tidak pernah sekalipun dalam hidupnya takut di-DO, ia hanya takut orang tuanya kelelahan mencari dana selagi dirinya menjadi pelajar. Suatu hari anakmu melihat bocah umur lima belas tahun bekerja siang malam demi nasi dan lauk yang dimakan oleh dirinya dan adik-adik. Di tempatnya bekerja, keringat dan air yang mengalir di wastafel di kampus anakmu belajar mungkin sama derasnya. Bocah itu tidak pernah sekalipun dalam hidupnya takut kelaparan, ia hanya takut orang tuanya kekeringan keringat selagi ia dan adik-adik asik menyantap makanan. Suatu hari anakmu melihat seorang remaja seumur SMP dan SMA menjajakan tissue di bawah lampu merah di mana orang-orang mengumpat karena panas dan dikejar waktu. Di sana, matahari bahkan lebih menakutkan dari perut kosong, karena panasnya tak bi...

KETAKUTAN ITU WAJAR

Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. Bayangkan saja, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu. Abu Hurairah bersaksi atas perang ini. ”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.  Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah mu...

Di Stasiun

Di stasiun, orang-orang berkumpul, saling berpelukan, cium-cium kecil pipi atau kening masing-masing dari mereka, atau yang paling sederhana, sekedar salaman penuh makna. Semuanya melepas rindu, sebelum waktu merenggutnya. Lempuyangan, 2018