Tuhan,
Bagaimana aku hendak berbuka puasa dengan suka cita sedang anak-anak kecil dengan kaleng usangnya menengadahkan tangan di sela-sela lampu merah di Astana Anyar?
Bagaimana aku akan menikmati seporsi makanan enak di depanku selagi aku melihat ibu-ibu di bawah Pasoepati seharian menggendong anaknya yang terbakar matahari, seharian sambil menjajakan tissu demi sesuap nasi?
Tuhan,
Tega kah aku melahap roti isi daging dan sayur segar di hadapanku sedang mataku menatap tajam bocah lelaki yang sumbang menyanyi demi rokok dan sebungkus nasi di sela lampu merah di Soekarno-Hatta?
Sejahat itukah aku merayakan adzan magrib selagi bapak-bapak seusia bapakku duduk beristirahat karena seharian lelah menjajakan aksesoris yang jarang dibeli di Tegalega?
Tuhan,
Jika kelak aku diizinkan olehMu masuk surga, akankah wajah-wajah lelah itu aku temui di sana?
Jika menahan lapar dan tidak minum seharian mampu membuatku merasakan nikmat surgaMu, sudahkah pasti mereka berada di sana sebagai yang paling berhak dari rasa lapar dan dahaga yang sepanjang waktu mereka rasa?
Akankah wajah ibu-ibu dengan gendongan anak balita, bocah-bocah legam terbakar matahari, bapak-bapak mandi keringat dan pemuda yang seharian berteman gitar yang menyambutku di pintu surgaMu?
Tuhan?
Comments
Post a Comment